[Tuesday, April 26, 2005]
Emansipasi haruskah...........
Berkaitan dengan hari Kartini dan emansipasi, di TV ditayangkan berbagai pekerjaan yang dulu hanya digeluti pria sekarang telah di lakoni oleh perempuan mulai dari tukang becak , satpam, sopir angkot, bis dan beragam profesi yang biasa pria kerjakan lainnya.
Namun ada satuhal yang cukup mengelitik dalam hal ini, apakah emansipasi intu adalah bahwa pekerjaan yang bisa kerjakan maka perempuan juga bisa. Atau adakah hal lain yang lebih esensial dari itu?
Kalau lah emansipasi itu adalah berupa kemampuan kerja kasar, buat apa semua perlu di perjuangkan, sebab secara tradisional bahwa wanita bisa melakukan kerja kasar lebih baik dari pria sebagai contoh, di bali sudah memandang lazim wanita kerja sebagai kuli bangunan, sedangkan laki laki sibuk menyabung ayam, di Batak wanita bekerja keras di sawah sendankan laki laki asik bergunjing di lapo tuak. Apakah perempuan ini beremansipasi? Ataukah perempuan ini dipaksa untuk melakukan kerja kerja kasar untuk menyambung hidup.
Dalam pandangan saya emansipasi lebih ditekan kan pada perlakuan yang adil terhadap perempuan dalam segala segi, perempuan tidak perlu harus selalu kerja keluar rumah buat menyatakan dia telah beremansipasi.
Selama ini ini di kesankan perempuan yang dirumah mengurus rumah tangga di pandang belum beremansipasi dan wah ini sungguh keterlaluan.
Pekerjaan rumah tangga bukan lah kerja yang mudah, dan tidak lah sepele. Beberapa minggu yang lalu di Oprah Winfrey Show dipertunjukan bagai mana suami di suruh mengerjakan pekerjaaan rumah tangga di akhir pekan. Di sebelum dimulai diminta kmomentar suami suami ini tentang pekerjaan rumah tangga, dan semua bernada memandang adalah perkara kecil dan mudah.
Selama sang bapak ini menjadi ibu rumah tangga diamati dengan kamera pengintai, ternyata baru bebarapa jam bapak bapak ini sudah panik, bagai mana harus menyiapkan makanan, mencuci pakaian , mengganti popok bayi. Dasn melucurlah pengakuan menjadi ibu rumah tangga itu tidaklah mudah. Saat uji coba ini di akhiri para bapak ini begitu lega karena melewati hari buruk.
Suatu yang perlu kita tarik disini adalah, tugas rumah tangga itu bukan kerja mudah dan tak semua orang bisa, dan dengan mengakui ini berarti kita telah mengakui suatu emansipasi.
Emansipasi haruslah dipandang sebagai penghargaan harkat perempuan, persamaan kesempatan dalam hal pendidikan dan kesehatan, kesamaan dalam hal intelektual namaun tak berarti wanita harus sanggup melakukan semua yang laki laki lakukan, karena toh taksemua yang bisa perempuan lakukan bisa dia lakukan, jadi disini harus ada pembagian tugas yang jelas. Sehingga tak perlu lah kita berdebat bolehkah perempuan jadi Imam ataun Uskup karena tak ada hubungan lansung dengan peningkatan harkat wanita, karena masih banyak hal hal yang kita lakukan buat memperbaiki perlakuan buat perempuan
<< Home