Emansipasi haruskah...........
Tanggal 21 april sebagai mana biasa dirayakan sebagai hari Kartini, waalu saat ini kepahlawanan kartini dipertanyakan. Benar atau tidak Katini itu seorang pejuang perempuan atau tidak biar lah ahli sejarah yang membuktikan, yang jelas saat ini Kartini masih diyakinin sebagai ikon emansipasi.
Berkaitan dengan hari Kartini dan emansipasi, di TV ditayangkan berbagai pekerjaan yang dulu hanya digeluti pria sekarang telah di lakoni oleh perempuan mulai dari tukang becak , satpam, sopir angkot, bis dan beragam profesi yang biasa pria kerjakan lainnya.
Namun ada satuhal yang cukup mengelitik dalam hal ini, apakah emansipasi intu adalah bahwa pekerjaan yang bisa kerjakan maka perempuan juga bisa. Atau adakah hal lain yang lebih esensial dari itu?
Kalau lah emansipasi itu adalah berupa kemampuan kerja kasar, buat apa semua perlu di perjuangkan, sebab secara tradisional bahwa wanita bisa melakukan kerja kasar lebih baik dari pria sebagai contoh, di bali sudah memandang lazim wanita kerja sebagai kuli bangunan, sedangkan laki laki sibuk menyabung ayam, di Batak wanita bekerja keras di sawah sendankan laki laki asik bergunjing di lapo tuak. Apakah perempuan ini beremansipasi? Ataukah perempuan ini dipaksa untuk melakukan kerja kerja kasar untuk menyambung hidup.
Dalam pandangan saya emansipasi lebih ditekan kan pada perlakuan yang adil terhadap perempuan dalam segala segi, perempuan tidak perlu harus selalu kerja keluar rumah buat menyatakan dia telah beremansipasi.
Selama ini ini di kesankan perempuan yang dirumah mengurus rumah tangga di pandang belum beremansipasi dan wah ini sungguh keterlaluan.
Pekerjaan rumah tangga bukan lah kerja yang mudah, dan tidak lah sepele. Beberapa minggu yang lalu di Oprah Winfrey Show dipertunjukan bagai mana suami di suruh mengerjakan pekerjaaan rumah tangga di akhir pekan. Di sebelum dimulai diminta kmomentar suami suami ini tentang pekerjaan rumah tangga, dan semua bernada memandang adalah perkara kecil dan mudah.
Selama sang bapak ini menjadi ibu rumah tangga diamati dengan kamera pengintai, ternyata baru bebarapa jam bapak bapak ini sudah panik, bagai mana harus menyiapkan makanan, mencuci pakaian , mengganti popok bayi. Dasn melucurlah pengakuan menjadi ibu rumah tangga itu tidaklah mudah. Saat uji coba ini di akhiri para bapak ini begitu lega karena melewati hari buruk.
Suatu yang perlu kita tarik disini adalah, tugas rumah tangga itu bukan kerja mudah dan tak semua orang bisa, dan dengan mengakui ini berarti kita telah mengakui suatu emansipasi.
Emansipasi haruslah dipandang sebagai penghargaan harkat perempuan, persamaan kesempatan dalam hal pendidikan dan kesehatan, kesamaan dalam hal intelektual namaun tak berarti wanita harus sanggup melakukan semua yang laki laki lakukan, karena toh taksemua yang bisa perempuan lakukan bisa dia lakukan, jadi disini harus ada pembagian tugas yang jelas. Sehingga tak perlu lah kita berdebat bolehkah perempuan jadi Imam ataun Uskup karena tak ada hubungan lansung dengan peningkatan harkat wanita, karena masih banyak hal hal yang kita lakukan buat memperbaiki perlakuan buat perempuan
Kemanakah Bundokanduang?
ranah minang beberapa kabupaten dan kota. Namun dari semua kabupaten dan kota tidak ada muncul calon bupati dan walikota perempuan. Ini disayangkan para pengamat, mengapa di ranah yang secara kultural memakai sistem matrilineal kok tidak muncul calon pememinpin perempuan. Kemana bundokanduang?
Bundokanduang kalau diterjemahkan kebahasa indonesia sebagai ibu (bunda) kandung yaitu ibu yang melahirkan kita. Dalam hikayat minang bundokanduang merupakan seubutan bagi raja perempuan minangkabau yang namun tidak begitu banyak catatan sejarah kapan bundokanduang ini berkuasa. Saat ini pangilan bundokanduang dilekatkan pada kaum perempuan minang.
Bundokanduang sendiri dalam tatanan adat digambarkan sebagai “limpapeh rumah nan gadang, pusek jalo kumpulan tali” ( Tiang utama rumah gadang, pusat dari jala dimana semua benang menyatu) yan berarti Bundokanduang merupakan sokoguru bagi orang minang yang dalam pantun ini dinyatakan rumah gadang, dan tempat semua berhimpun seperti pusat jala dimana semua benang yang ujungnya menyebar luas.
Dalam budaya martrilineal minangkabau garis keturunan di tarik dari garis ibu, kepemilikan properti secara adat adalah milik perempuan (walau pada hakikatnya di dalam masyarakat tidak ada kepemilikan mutlak yang ada hak pakai) dan kaum pria tidak mempunyai properti yang didapatkan secara adat . Kepemilikan laki laki hanya terhadap harta pencaharian.
Kehadiran islam di ranah minang tidak serta merta merubah garis keturunan dan waris adat, walau islam dijadikan sendi adat minang yang dikenal dengan istilah “adat basandi syarak syarak bersandi kitabullah” (adat bedasarkan syarak islam, dan islam berdasarkan kitab al Qur’an). Gerakan wahabi diawal abad ke 19 yang secara radikal merubah perilaku sinkretisme islam dengan kepercayaan praislam (budha dan animisme) tidak melakukan perubahan terhadap sistem garis keturunan dan waris, hanya dilakukan penyesuaian , yaitu ada waris adat dan waris yang diatur agama.
Kembali kemasalah kepemimpinan, walau perempuan merupa pemilik rumah, dan tanah bukan berarti perempuan minang menjadi penguasa terhadap kaum (marga). Pimpinan kaum tetap adalah pria dan ini telah ditentukan secara ketat yang boleh jadi kepala kaum adalah pria, dalam upacara resmi adat yang boleh angkat bicara, menjadi juru runding adalah pria. Wanita dalam upacara resmi tetap di garis belakang. Namun keputusan keputusan yang akan diambil tetap dirundingkan melibatkan semua termasuk wanita.
Kepemimpinan formal pemerintah tentu tidaklah sama dengan kepemimpinan adat, dimana syarat gender tidak dimasukan. Kalau dilihat dari tingkat pendidikan kaum perempuan di indonesia mungkin termasuk yang cukup baik, orang tua di ranah minang tak ragu mengirim anak perempuan mereka untuk sekolah kekota lain bahkan harus melintas pulau dan ini bukan terjadi saat ini saja tapi sudah terjadi di awal kemerdekaan indonesia. Kemandirian usaha perempuan minang secara tradisional melebihi kaum pria, boleh dikatakan sebagian besar kios dan toko di kota bukittingi dan kota kota di sumatera barat motornya adalah perempuan.
Tapi mengapa dalam kepemimpinan politik tidak mencuat nama nama perempuan, apakah perempuan minang masih alergi dengan dunia politik yang penuh trik dan intrik?
Vegetarian Agar Sehat Haruskan?
Belakangan ini beragam gaya hidup begitu banyak ditawarkan, mulai dari busana, perawatan tubuh, pola pergaulan dan banyak segi kehidupan yang lain. Salah satu gaya hidup yang cukup sering di tampilkan adalah gaya hidup vegetarian.
Vegetarian adalah pola hidup tidak mengkonsumsi produk dari hewan dalam makanan. Pola ini awalanya didasarkan oleh keyakinan keagamaan namun sekarang telah diadaptasi lebih pada alasan kesehatan.
Pola vegetarian ini di pakai dan dikampanyekan oleh sebagian orang karena pola konsumsi produk tumbuhan akan menghindari akibat buruk dari konsumsi produk hewan. Tapi apakah sepenuhnya benar? Ini perlu dipertanyakan lagi sebelum memilih ini sebagai pola makan.
Manusia digolongkan sebagai mahluk omnivora yaitu pemakan tumbuhan dan hewan, sehingga untuk metabolisme yang optimal diperlukan zat zat gizi dari tumbuhan dan hewan. Zat zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral bisa saja didapatkan dari tumbuh tumbuhan, tapi ada sebagian keunggulan dari sebagian zat tersebut yang dihasilkan oleh hewan, baik dari jenisnya, kadar dan kemampuan tubuh menyerapnya.
Ketakutan terhadap salah satu jenis kandungan satu produk makanan kadang di sampaikan secara tidak benar seperti kolesterol, padahal kalau dikonsumsi secara tidak berlebihan adalah aman. Hal serupa juga kepercayaan terhadap keunggulan suatu produk secara berlebihan juga menyesatkan , begitu banyak produk suplemen yang ditawarkan padahal produk tersebut dibutuhkan dalam jumlah sedikit kalau kita makan dengan menu seimbang toh itu tidak dibutuhkan, malah jika dikonsumsi secara berlebihan alih alih memberi manfaat malah mudarat yang didapat.
Dengan mensiasati para vegetarian dapat mencarikan subtitusi keungulan produk hewan, apa apakah ini efisien? Dan malah membuat hidup lebih terkungkung? Kalau di tinjau dari sisi ekonomis apakah vegetarian lebih murah? Saya fikir tidak juga karena subtitusi dari produk hewan belum tentu lebih murah dari kita konsumsi lansung produk hewan. Kalau ada yang lebih mudah mengapa dipersulit?
Hidup yang sehat bukan lah banyak berpantang.. Beberapa agama melarang umatnya mengkosumsi makanan tertentu tetapi biasanya pantangan yang diajarkan agama hanya pada jenis jenis tertentu saja
Hidup sehat adalah hidup yang seimbang, seimbang dalam arti yang luas tidak hanya dalam hal makanan saja. Seimbang berarti tidak berlebihan dan tidak pula berkekurangan, dipenuhi saat memang dibutuhkan dan berhenti saat terasa kebutuhan itu telah terpeunuhi bukan seberapa keinginan terpuaskan. Maka benarlah apa yang di ajarkan Nabi Muhamad 15 abad yang lalu “ Aku makan hanya saat lapar dan berhenti saat sebelum kenyang”
Euthanasia..... mati enak?
Euthanasia berasal dari istilah latin yang berarti secara harfiah adalah “mati enak” saat ini istilah ini digunakan untuk pengakhiran kehidupan yang dilakukan dengan sengaja oleh petugas medis dan pengakhiran kehidupan ini harus legal secara hukum. Yang jelas euthanasia bukan mati bunuh diri atau mati akibat overdosis norkoba misalnya. Dan dinamakan pembunuhan apa bila aspek legal tak terpenuhi walau si pasie bisa mati dengan tersenyum.
Euthanasia bukan berkutat pada meninggal secara nyaman ( walau kita tidak tahu orang yang mati ini menikmati atau tidak karena belum ada keluhan pasien) lebih jauh dari itu harus meliputi azas legal. Jika secara medis pasien telah dikatakan terminal dan tidak ada lagi upaya medis yang bisa menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit dokter tidak bisa memberikan pilihan apakah ini pasien dipertahankan hidup atau tidak,Dalam hal ini perlu pengesahan dari pihak yang berwenang, lalu siapakah yang berhak menentukan kematian?
Euthanasia sendiri masih menjadi kontroversi karena ini tidak hanya menyangkut prosedur medis semata ada aspek lain yang perlu jadi pertimbangan, seperti agama, moral dan hukum. Kebanyakan negara masih melarang euthanasia apalagi tokoh agama sangat menentang keras, seperti juga hal nya aborsi.
Kematian sendiri dalam medis dikenal beberapa macam dan tahap
Kematian somatis (kematian klinis) disini orang sudah dikatakan mati dimana semua fungsi hidup tubuh (pernafasan, sirkulasi dll) telah nihil sama sekali dan di lihat secara klinis, Beberapa saat setelah kematian somatis akan terjadi kematiaan organ oragan tubuh dan masing masing organ akan mati dalam waktu yang berbeda ini disebut mati seluler. Sebelum terjadi kematian seluler masih bisa dilakukan tranplantasi organ.
Dari segi saraf kematian di bedakan atas dua yaitu kematian sereberal yaitu kematian kedua belahan otak kecuali batang otak dan otak kecil, pada kematian ini beberapa fungsi vital tubuh seperti pernafasan dan sirkulasi darah masih ada pasien dapat bertahan walau tak ada interaksi lagi dengan lingkungan. Kematian otak (batang otak) dimana semua fungsi otak sudah tidak ada lagi dan orang telah dapat dikatakan mati.
Permasalahan akan timbul adalah jika terjadi kematian serebral atau keadaan penyakit yang teramat parah dan secara medis prognosis (perkiraan perjalanan penyakit) sudah dinyatakan terminal, lalu siapakah yang berhak menjatuhkan vonis orang tersebut mati. Apakah si calon mati ini,atau keluarga? Dalam hal ini dokter tidak boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan karena akan menyalahi sumpah Hipocrates.
Euthanasia dikembalikan lagi pada nilai nilai yang dianut dan norma norma yang berlaku. Boleh tidak eutanasia disaat ujung waktu bukan lagi wenang dokter
RICH DAD POOR DAD
Membaca buku “Rich Dad Poor Dad” karanga Robert T. Kiyosaki yang bercerita bagaimana orang memandang uang cukup memprovokasi juga semngat asli padang buat manggaleh( berdagang).
Buku motivasi populer ini di sajikan dengan logika sederhana bagai mana perbedaan bapak yang kaya kaya kalau lah “rich dad” di terjemahkan sebaliknya bapak yang miskin” poor dad”.
Yang sangat menari Kiyosaki menulis bahwa orang miskin disini bukan lah orang yang tidak punya pekerjaan, tidak berpendidikan atau tak punya uang sama sekali tetapi adalah orang yang tidak mempunyai kecerdasan finansial, orang yang bekerja pada orang lain yangharus bekerja banting tulang kedua tangannya baru dapat uang, maka disini pekerja bahkan profesional disini di katagorikan sebagai orang miskin kalau dia hanya mendapat penghasilan dari gaji atau usaha yang menuntut kehadirannya.
Orang kaya adalah orang yang cerdas secara finasial adalh orang yang bisa mendapatkan uanga melalui orang lain dan membuat uang bekerja untuk dirinya, sehingga kehadiranya secara penuh diladang uanganya ngak penting dia hanya perlu mengendalikan dari jarak jauh.
Menjadi pemilik usaha tidaklah mudah, susah sekali karena membutuhkan keberanian ambil resiko, apa lagi kalau bakat wiraswasta itu tak pernah diasah sebelumnya, kadang sudah mau mundur sebelum maju dan tidak berani ambil resiko.
Jadi enterpreneur perlu kecerdasan dan keberanian mengadu nasib tentu dengan pertimbangan yang matang.
Sanggupkah saya?Harus dengan semangat keras nih Tak kayu janjang dikapiang, ndak lalu dandang di lubuak digurun denai tanjakan ( Tak ada kayu tangga di kampak, ngak lewat perahu di sungai di daratan aku lewatkan ) bombastis sekali. Moga moga ngak jadi angek angek cirik ayam ( panas panas tahi ayam) he he hehe
Uuuuuuuuuuuuuh....
Uuuuuuuuuuuuh, Jakarta sore ini amat panas, maklum rumah tidak ada AC, diingat ingat ini adalah memasuki tahun kedua saya di jakarta, niatnya kabur dari kampung halaman mau menaklukan jakarta atau kah sekedar lari ( lari dari apa jua aku ngak tahu hu hu).
Memulai hidup di Jakarta tidalah mudah walau sudah mempunyai pendidikan yang cukup dan skill tapi untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan dengan pembayaran yang sesuai pula tidaklah mudah.
Saat di daerah sih terbiasa jadi birokrat walau birokrat kecil kecilan dan pernah coba jadi orang berkuasa ( berkuasa itu enak lho kalau pernah coba he he he) selalu jadi prioritas dari duduk dimana sampai siapa yang mau makan duluan wah kalau diingat senang juga sempat juga jadi tuan muda sekejab he he he.
Jakarta yang panas siapa peduli ya! Disini akan dapatkan pelayanan sesuai keasanggupan membayar, kalau ada uang ada pelayanan, jadi kalau kere jangan berharap macam macam.
Tapi ada juga enaknya di jakarta sih dimana yah orang tak peduli siapa kita, sehingga ngak begitu peduli omongan orang.
Kalau di pikir pikir ada enaknya di daerah ada juga enggak enaknya seperti juga di jakarta, tapi karena sudah diputuskan kesini ya udah jalanin aja dengan semangat semangat
Dalam hidup bak kata orang tua di kampung “ Dapek di hati indak dapek sakandak hati, dapek kandak hati indak dapek di hati” ( Dapat dihati tak dapat di perbuat sekehendak hati, dapatdi perbuat sekehendak hati malah yang tak sesuai dihati)
VITA BREVIS (Hidup ini singkat)
Sabtu kemaren iseng iseng ke toko buku, walau awal bulan namun lagi cekak nih. Bolak balik melihat lihat buku yang ada, akhir nya menemukan juga sebuah buku kecil dengan harga dua puluhan ribu lah dengan judul Vita Brevis ditulis oleh Jostein Gaader berdasarkan sebuah naskah lama yang dia temukan di Argentina yang diperkirakan berasal dari abad ke 16. Naskah itu menurut penulis adalah salinan dari surat seorang perempuan kepada bernama Floria Aemelia kepada Uskup Agustinus di Hippo Aljazair. Uskup Agustinus merupakan salah satu Santo (orang suci) bagi umat Katholik yang dikagumi dan ajarannya masih dipakai oleh gereja sampai sekarang.
Agustinus( 354-430M)sendiri sebelumnya bukanlah penganut nasrani, kemudia dia mengenal nasrani di Milan Italia. Sepanjang hidupnya dia menghasilkan beberapa karya yang cemerlang. Salah satunya adalah Confessiones (Pengakuan) yang didalamnya memuat juga bagai mana masa lalu yang kelam sebelum menganut nasrani.
Semasa muda nya Agustinus sempat hidup tanpa nikah dengan seorang wanita dan menghasilkan seorang anak, dan ini diakui oleh Agustinus adalm bukunya, namun dia tidak pernah menulis siapa wanita yang pernah hidup bersamanya selama belasan tahun.
Dalam Vita Brevis penulis menterjemahkan sebuah surat yang cukup panjang dari seorang wanita yang bernama Floria Aemalia kepada agustinus yang beri bantahan dia terhadap pengakuan agustinus dalam Confessiones . Walau penulis sendiri masih mencari pembuktian apakah naskah ini benar benar salinan dari sebuah naskah di awal abad ke 4 atau tidak , tetapi isinya cukup menarik
Dalam suratnya Floria menyanggah pengakuan Agustinus bahwa semua yang terjadi tak lebih dari permainan hawa nafsu semata, sedangkan Floria memandang tidaklah sekelam itu.
Surat yang panjang dan bahasa yang cukup menyentuh Floria menceritakan kegetiran dia saat Agustinus meninggalkan dia. Mulai dari upaya ibu agustinus yang berusaha memisahkan dia , kematian putra mereka dan Agustinus memutuskan menjadi biarawan di gereja sehingga tidak ada jalan buat mereka bersatu lagi.
Floria membantah satu persatu pengakuan dosa Agustinus dari Confessiones dan berusaha menegakan keagungan cintanya dan gugatan nya pada Tuhan yang di yakini oleh Agustinus, sampai akhir surat Floria menuliskan bahwa dia tidak jadi menganut nasrani walau dia telah mepelajari agama itu.
Floria tidak semata memaparkan kembali keindahan yang pernah dia lalui tetapi juga menggugat pandangan Kristen tentang perempuan. Maka floria adalah feminis di abad ke 4.