[Monday, May 30, 2005]
Tontonan
Saat deraan hidup begitu berat, diperlukan hiburan untuk sejenak melupakan kesesakan yang begitu menghimpit. Sejatinya diperlukan hiburan yang mencerahkan bukan yang memberikan mimpi mimpi kosong.
Sejak maraknya TV swasta ditanah air, dengan secara seragam merupakan media hiburan , sejak krisis ekonomi melanda indonesia tayangan yang mejual mimpi begitu mendominasi acara .
Pada awalnya telenovela latin merupakan media penjual mimpi diikuti dengan drama mandarin Chon Yau yang mengharu biru sangat digemari terutama oleh ibu ibu. Entah karena tayangan mimpi instan latin ini sempat mendapat kecaman dari pengamat media massa karena membodohi pemirsa atau karena telah jenuh melihat wajah wajah latin memberi kesempatan pada munculnya sinetron lokal l, namun celakanya tema yang di usung tak jauh lebih baik dari telenovela latin, tema tema percintaan yang dibumbui ke dengkian dan perebutan harta adalah tema sentral.
Tokoh sentral digambarkan begitu baik budi, rendah hati menghadapi cobaan dengan sabar namun miskin perjuangan dan tak cerdas dalam mempertahankan diri dari orang orang yang menyerangnya dan tokoh antagonis digambarkan dengan kedengkian sempurna yang mengerahkan segala daya upaya menghancurkan tokoh utama. Akhir dari semua cerita dapat ditebak tokoh baik akan menang dan yang jahat akan hancur dan yang baik akan menang walau tidak digambarkan perjuangan beratnya mempertahankan haknya, kemenangan lebih disebabkan seseoarang yang muncul sebagai sosok dewa penyalamat. Jadilah tokoh sentral adalah orang yang patut dikasihani dan terkesan bodoh dan menyedihkan
Dari waktu kewaktu tema tema cengeng ini tak berubah, kalau pada awal kejayaan sinetron lokal tokoh cerita adalah orangya dewasa, secara perlahan beralih pada mahasiswa, pelajar SMU, terus ke SMP bahkan sampai pada murid SD yang bercelana merah.
Sangat disayangkan walau telah menampilkan remaja dan anak anak, tetap saja tema percintaan yang utama, seakan akan saat remaja adalah saat pacaram melulu dan berjuang rebutan pacar sepertinya tidak ada lagi yang akan dikerjakan. Sehingga tak malu malu berkelahi demi sang pacar, dan lebih memilukan yang sering berkelahi adalah pelajar cewek memperebutkan cowok, busyet!
Kegemaran seseorang adalah gambaran dari diri orang itu, kalau lah ini 100% benar, sungguh menyedihkan kita, saat kesulitan mendera bukannya bangkit buat keluar tapi malah pergi tidur dan bermimpi dan berharap akan datang jin yang akan menyelamatkan , kalau begini kapan akan bangkit dari keterpurukan? Karena para peri hanya ada di negeri dongeng dan para jin sudah dimasukan kedalam botol oleh tim Pemburu Hantu.
Sejak maraknya TV swasta ditanah air, dengan secara seragam merupakan media hiburan , sejak krisis ekonomi melanda indonesia tayangan yang mejual mimpi begitu mendominasi acara .
Pada awalnya telenovela latin merupakan media penjual mimpi diikuti dengan drama mandarin Chon Yau yang mengharu biru sangat digemari terutama oleh ibu ibu. Entah karena tayangan mimpi instan latin ini sempat mendapat kecaman dari pengamat media massa karena membodohi pemirsa atau karena telah jenuh melihat wajah wajah latin memberi kesempatan pada munculnya sinetron lokal l, namun celakanya tema yang di usung tak jauh lebih baik dari telenovela latin, tema tema percintaan yang dibumbui ke dengkian dan perebutan harta adalah tema sentral.
Tokoh sentral digambarkan begitu baik budi, rendah hati menghadapi cobaan dengan sabar namun miskin perjuangan dan tak cerdas dalam mempertahankan diri dari orang orang yang menyerangnya dan tokoh antagonis digambarkan dengan kedengkian sempurna yang mengerahkan segala daya upaya menghancurkan tokoh utama. Akhir dari semua cerita dapat ditebak tokoh baik akan menang dan yang jahat akan hancur dan yang baik akan menang walau tidak digambarkan perjuangan beratnya mempertahankan haknya, kemenangan lebih disebabkan seseoarang yang muncul sebagai sosok dewa penyalamat. Jadilah tokoh sentral adalah orang yang patut dikasihani dan terkesan bodoh dan menyedihkan
Dari waktu kewaktu tema tema cengeng ini tak berubah, kalau pada awal kejayaan sinetron lokal tokoh cerita adalah orangya dewasa, secara perlahan beralih pada mahasiswa, pelajar SMU, terus ke SMP bahkan sampai pada murid SD yang bercelana merah.
Sangat disayangkan walau telah menampilkan remaja dan anak anak, tetap saja tema percintaan yang utama, seakan akan saat remaja adalah saat pacaram melulu dan berjuang rebutan pacar sepertinya tidak ada lagi yang akan dikerjakan. Sehingga tak malu malu berkelahi demi sang pacar, dan lebih memilukan yang sering berkelahi adalah pelajar cewek memperebutkan cowok, busyet!
Jika dulu dewa penyelamat adalah sosok sosok yang dimasukan entah dari mana saja, tapi sekarang secara seragam penyelamat adalah para peri,”malaikat penjaga” samapai pada jin.sedang kan sang tokoh utama tetap lah orang yang naif dan dungu.
Kegemaran seseorang adalah gambaran dari diri orang itu, kalau lah ini 100% benar, sungguh menyedihkan kita, saat kesulitan mendera bukannya bangkit buat keluar tapi malah pergi tidur dan bermimpi dan berharap akan datang jin yang akan menyelamatkan , kalau begini kapan akan bangkit dari keterpurukan? Karena para peri hanya ada di negeri dongeng dan para jin sudah dimasukan kedalam botol oleh tim Pemburu Hantu.
<< Home