[Friday, May 27, 2005]
TAKTIS tapi Tak Etis
Taktis entah ada atau tidak dalam kamus bahasa Indonesia , tapi istilah ini begitu akrab sejak terungkapnya penyogokan di KPU. Dana taktis disematkan buat menerangkan adanya dana yang tak dilaporkan pada negara, baik darimana sumbernya atau bagaimana pemakaianya.
Kalau ingat ingat saat jadi birokrat kecil kecilan dulu ( ehm sedikit bernostalgia) dana taktis semacam itu juga ada yang pasti jumlahnya tidak berilang miliaran Cuma sekitar 1 sampai 2 juta saja dalam setahun, kalau di bagikan rata pada seluruh staf paling dapat 75 ribu rupiah , tidak dalam ratusan dolar amerika lho.
Dana taktis di instansi kecil berasal bukan dari rekanan yang membeikan sebagai tanda mata karena proyek yang telah di menangkan. Tetapi dikumpulkan dari sisa anggaran resmi dengan sedikit mark Up lah .
Pencatatan dilakukan di buku bayangan, yaitu buku khusus yang tidak akan di perlihatkan ke pada pihak inspektorat. Kalau mau jujur sisa sekecil apapun harus dikembalikan ke negara.
Penggunaan dana taktis di instansi kecil yang hanya mendapat dana resmi dari pemerintah hanya dalam belasan juta untuk mendanai se abrek kegiatan dalam satu tahun. Dana taktis yang jelas kan akan cukup buat jalan jalan keluar negeri, buat keluar pun ngak bakalan cukup. Recehan dari sisa anggaran kegiatan karena selisih harga, atau mark up kecil kecilin ini di belikan buat kebutuhan bersama yang tidak bisa dimasukan kedalam anggaran resmi atau jika harus di anggaran baru akan terpenuhi beberapa tahun lagi padahal dana yg diperlukan tak seberapa.
Yang paling lucu lagi kalau ketemu selisih pembukuan Rp 500,- ributnya ispektorat minta ampun, pakai naya nanya kemana nih uang 500 perak. Tapi kalau udah diamplopin ngak lagi nanya duit yang di ampop ini dari mana.
Tapi yang jelas korupsi sekecil apapun tetap saja korupsi, tapi untung dah sekarang kita bukan birokrat lagi sehingga udah jauh dari mark up dan ampop meamplop
Kalau ingat ingat saat jadi birokrat kecil kecilan dulu ( ehm sedikit bernostalgia) dana taktis semacam itu juga ada yang pasti jumlahnya tidak berilang miliaran Cuma sekitar 1 sampai 2 juta saja dalam setahun, kalau di bagikan rata pada seluruh staf paling dapat 75 ribu rupiah , tidak dalam ratusan dolar amerika lho.
Dana taktis di instansi kecil berasal bukan dari rekanan yang membeikan sebagai tanda mata karena proyek yang telah di menangkan. Tetapi dikumpulkan dari sisa anggaran resmi dengan sedikit mark Up lah .
Pencatatan dilakukan di buku bayangan, yaitu buku khusus yang tidak akan di perlihatkan ke pada pihak inspektorat. Kalau mau jujur sisa sekecil apapun harus dikembalikan ke negara.
Penggunaan dana taktis di instansi kecil yang hanya mendapat dana resmi dari pemerintah hanya dalam belasan juta untuk mendanai se abrek kegiatan dalam satu tahun. Dana taktis yang jelas kan akan cukup buat jalan jalan keluar negeri, buat keluar pun ngak bakalan cukup. Recehan dari sisa anggaran kegiatan karena selisih harga, atau mark up kecil kecilin ini di belikan buat kebutuhan bersama yang tidak bisa dimasukan kedalam anggaran resmi atau jika harus di anggaran baru akan terpenuhi beberapa tahun lagi padahal dana yg diperlukan tak seberapa.
Satu lagi dana taktis ini harus disisihkan buat petugas inspektorat jika ada pemeriksaan, soalnya kalau ngak diamplopin biasa belagu sih ada aja nanti yang salah penulisan kwitansi yang salahlah, selisih agak 500 rupiah antara buku dan kwitansi, pokoknya bikin bendahara berkeringat dingin buat jelasin atau memperbaiki laporan keuangan, atau nanti malah dilaporkan ada kesalahan kepada atasan.
Yang paling lucu lagi kalau ketemu selisih pembukuan Rp 500,- ributnya ispektorat minta ampun, pakai naya nanya kemana nih uang 500 perak. Tapi kalau udah diamplopin ngak lagi nanya duit yang di ampop ini dari mana.
Tapi yang jelas korupsi sekecil apapun tetap saja korupsi, tapi untung dah sekarang kita bukan birokrat lagi sehingga udah jauh dari mark up dan ampop meamplop
<< Home