[Wednesday, September 03, 2008]
Yang besar itu hanya nafsu
Menjelang berbuka biasanya mata lebih lapar di banding perut. Makanan apapun rasanya ingin di santap saat berbuka. Pada hari pertama puasa kemaren seperti puasa tahun tahun sebelumnya sudah disiapkan anaeka makanan dan minuman, dari cendol jus, aneka kue jajanan samapai lauk pauk.
Saat azan magrib yang dinanti datang, bergegaslah meneguk teh es manis dan mengudap sepotong gorengan. mungkin saking laparnya beberapa potong gorengan lansung amblas kedalam lambung yang sudah lebih dua belas jam kosong. Tapi paling 3 potong yang termakan, perut sepertinya sudah tak menginginkan dia isi lagi, badan jadi terasa letih melebihi siang yang panas saat masih berpuasa dan mata mulai mengantuk, dengan gontai shalat magrib dilaksanakan.
Selesai magrib yang tinggal letih dan ngantuk. Makanan tadi disiapakan begitu banyak tak lagi mengundang selera.
Habis isya tetap tak timbul keinginan makan, tapi karena sadar apa yang dimakan tadi tidak mencukupi kebutuhan gizi dipaksakan makan.
Menjelang tidur masih banyak makan yang tersedia yang tidak dicicipi, karena memang tak ada selera lagi dan emang perut tidak lagi mau menerima.
sungguh yang besar itu hanyalah nafsu, sementara tubuh tak butuh banyak.
Mestinya selain sebagai bulan ibadah Ramadhan identik dengan penghematan dan kesederhanaan. Bukan bulan melampiaskan nafsu makan saat berbuka. Kenaikan permintaan akan bahan pangan yang berakibat meroketnya harga tidak lah terjadi.
<< Home